Home »
mistery
» Kupu-kupu Hitam Bagian 3 - Kasus pertama
“Hari ini kau mulai masuk SMU ya yella?”,
Ucap Akram.
“ia ka, kakak juga mulai kerja kan?, hati-hati ya, oh ia ka jangan lupa ya,
akhir minggu ada pertemuan orang tua atau wali murid, ayah dan ibu tak bisa
datang pokonya kakak mesti datang ya!” Yella mengucap salam sambil meraih
tas soren dan pergi.
Akram memandangi kedua orang tuanya dan tersenyum, “aku juga berangkat.”
Langit hari ini agak mendung, Akram memacu motornya agar ia segera sampai di
kantor sebelum hujan turun, Kantor tempat Akram bertugas adalah kantor
kepolisian pusat negara Alfa yang terletak di pulau utamanya yaitu Beta,
sekilas saja Alfa adalah sebuah negara yang dilewati garis katulistiwa, negara
kepulawan yang memiliki 4 pulau besar dan beberapa pulau kecil, benar benar
negara yang indah dan makmur jika saja tak ada tangan-tangan yang merusaknya.
Sesampainya dikantor seorang detektif polisi sudah berada diruangannya, “Nama
saya Fadli pak” ucap detektif polisi itu, “maaf seperti mendadak, namun ada
sesuatu yang harus saya sampaikan.”
Akram memandangi Pria didepannya itu, “ah, Ada kasus penculikan ya, kau pasti lelah karena sudah berlari-lari
di pantai semalaman ”
Wajah Fadli membiru “bagai mana anda bisa tahu?”
Akram duduk di kursinya dan merapihkan beberapa berkas, “hanya deduksi
sederhana temanku, dari wajahmu aku bisa menebak kau sedang dalam sebuah
permasalahan yang belum ada jalan keluarnya, dan foto anak kecil yang kau
pegang menjawab apa masalahmu itu.”
“tapi bagai mana anda bisa tahu saya di pantai semalaman?.”
Akram tersenyum, “pasir laut dipintu masuk, cekungan hitam dimatamu dan aku
juga melihat motor yang bannya dipenuhi pasir motor di parkiran, itu motormu
kan, resepsionis didepan yang bilang tidak bisanya begitu, lagi pula dari
pakainmu yang kusut dan lipatan celanamu yang kotor juga menunjukan kau tidak
sempat pulang untuk berganti, dan hal itu akan menuju ke pertanyaan kenapa kau
tidak pulang yang kalau dihubungkan dengan hal pasir, motor dan kasus mu
artinya kau ada dipantai yang berpasir semalaman karena berharap menemukan
petunjuk disana.”
Fadli terdiam sejenak mendengarkan penuturan Akram lalu mulai bicara “ah, anda
berbicara seolah mengetahui semua yang akan saya katakan, sekarang saya jadi
tak tahu harus bicara apa.”
“ceritakan lah kasusnya”
“ah, benar”, dengan sedikit canggung Fadli membuka-buka catatan di yang ia
genggam sendari tadi, “beberapa hari yang lalu dikantor kepolisian ini datang
seorang ibu yang memberikan laporan kehilangan anaknya yang bernama Shanti
Apriliana, ibunya kehilangan Shanti setelah Shanti pulang sekolah di TK saat
itu ibunya memang terlambat menjemputnya, hari itu ibu Shanti sudah mencoba
menghubungi teman-teman dan guru Shanti namun tak satupun yang tahu dimana
Shanti.”
“Bagaimana dengan Ayah Shanti?.”
“Kedua orang tua Shanti telah lama bercerai, kami juga menduga sebelumnya
mungkin shanti dibawa oleh ayahnya, namun saat itu ayah shanti sedang berada di
luar pulau untuk menjalankan bisnisnya dan sudah di konfirmasi oleh pihak
disana, jadi tidak mungkin kalau ayah shanti yang melakukannya.”
“ah, lalu apa memang tak ada saksi?”
“tentu, setelah saya dan beberapa anggota kepolisian menyelidiknya seorang pedagang
Es krim di TK ternyata di hari hilangnya Shanti melihat Shanti dibawa oleh
seorang pria, dia ingat betul kalau gadis itu adalah Shanti karena sebelumnya
Shanti membeli dagangannya dan mengatakan “Shanti mau maen ke pantai sama bapak
itu.”
“tentu bukan karena itukan kau mencari Shanti di pantai” ucap Akram.
“ah itu anu, yah tentu” fadli menaruh sebuah kertas dimeja, “ini adalah pesan
yang ditulis oleh Shanti dan sudah dapat dipastikan, pesan ini dikirim beberapa
hari yang lalu yang anehnya bukan ke rumah Shanti tapi Pesan ini dimasukan
lewat sela-sela pintu Ruang kepala sekolah di TK.”
Akram mengambil kertas itu dan membacanya.
“mamah tolong shanti, shanti gak mau makan itu lagi, shanti mau pulang, shanti
kan bisa sakit kalau kebanyakan, mamah, Jemput shanti mah di pantai utara jalan
cosmos no 17 jam 16:00 sambil bawa 50 juta buat om ini.”
“kelihatannya dia dipaksa untuk menulisnya”
ucap fadli dengan nada gusar, “karena hal itu aku dan beberapa rekanku
mengikuti Ibu shanti di jam yang ditentukan, namun kami ketahuan oleh sang
penculik dan transaksi itu gagal, keberadaan sandra membuat kami kesulitan untuk
bergerak hingga penculiknya kabur, semalaman kami mengejar sang penculik namun
tak berhasil menemukan jejaknya.”
“Ah, sebelumnya boleh ku tanya satu hal?”
“ah, ia tentu pak, kenapa?.”
“kau kenapa begitu canggung denganku?.”
“Ah, tidak pak, eh ia, saya sudah mendengar desas-desus tentang anda, disebut-sebut
jenius yang lulus ujian kepolisian diusia 15 tahun, menjadi inspektur termuda
sepanjang sejarah, tahu anda akan di pekerjakan di kantor ini saya sangat
senang, Jendral Black saja sampai merekomendasikan untuk mengkosultasikan
berbagai masalah rumit pada anda, bagai mana bisa saya tidak canggung bertemu
orang hebat seperti anda, sejujurnya bahkan saya merasa iri, ah . . . maafkan
kelancangan saya pak berbicara begini.”
Akram tersenyum, “ jangan begitu, bagaimanapun dari segi usia kau lebih tua
dariku, lagipula justru aku yang seharusnya iri denganmu, kau masih bisa mengingat masa
lalu dan benar-benar ingat dengan orang-orang yang kau sayangi.”
“ah, aku benar-benar minta maaf pak.” Respon Fadli.
“tidak perlu begitu, oh ia, siapa lagi yang ikut penyelidikan ini?.”
“ah, yang ikut ada Neil, dia ada diruangannya, kalau bapak mau saya bisa
panggilkan.”
“ah, tentu, kita pasti membutuhkan tenaganya, bersiaplah sebaiknya kita segera
berangkat.”
“berangkat?”
“tentu, anak kecil itu pasti sekarang sedang menagis karena sadar telah
diculik, jangan biarkan terlalu lama psikologisnya bisa terganggu, ayo kita
jemput.”
“jadi, anda sudah tahu siapa pelakunya?” tanya Fadli ragu.
“menurutmu?”
*****
“dia
itu benar-benar luar biasa, pantas saja 15 tahun sudah masuk kepolisian.” Ucap
fadli yang sedang mengobrol dengan beberapa orang polisi dikantor.
“Jadi begitu mendengar ceritamu ia segera tahu kalau penculiknya adalah
pedagang eskrim itu?.”
“Ia Fika, seharusnya aku juga menyadarinya sejak awal yang dilakukan penculik
terlalu sesuai dengan keterangan saksi, Akram bilang kalau kita menempatkan
diri kita menjadi penculik tentu akan berusaha menyamarkan informasi agar sulit
ditemukan tapi ini berlawanan yang seolah ingin menegaskan bahwa sang anak itu
telah diculik dan dibawa lari oleh seseorang” jawab fadli.
“benar, kalau jadi penculiknya aku juga akan lebih dulu mencari rumah yang kita
culik terlebih dahulu sebelum menculik seseorang bahkan beberapa penculik
menyelidiki nomor telepon rumah dan HP keluarga korban terlebih dahulu, tapi
penculik yang kali ini malah mengirimnya ke kantor kepala sekolah yang
seharusnya kita sadar lebih awal bahwa hal itu menegaskan bahwa penculiknya
adalah orang yang hapal dengan kondisi sekolah” ucap Neel.
Seorang pria gemuk menggeser kursinya dan ikut berunding “kelihatannya menarik,
lalu apa setelah itu kalian pergi kerumah tersangka untuk menangkapnya?”
‘tidak bob, bukan kerumah tersangka, awalnya aku juga berfikir kita akan pergi
kesana, tapi nyatanya aku dan Neel malah dibawa kembali ke pantai tempat aku
dan sang penculik kejar-kejaran sebelumnya” jawab Fadli.
seisi ruangn mendadak sepi, semua polisi disana yang tadinya sedang bekerja di
meja masing-masing mendekat dan ikut memikirkan langkah yang dilakukan Akram.
“kenapa ke pantai lagi?, bukankah kau sudah mencarinya disana semalaman?” tanya
Fika tak sabar.
“ia, memang begitu, seharusnya begitu, tapi coba kembali fikirkan dari awal,
semuanya terlihat tidak terkonsep dengan rapih, Penculik ini mungkin sebenarnya
pada awalnya tidak berniat menculik, atau baru pertama kali melakukan
penculikan saat aku bertanya soal ini pada akram ia menjawab begini ‘kau tahu
berbohong itu lebih sulit dari yang kau bayangkan, orang yang tidak biasa
berbohong akan kelihatan sat ia tidak jujur, begitu juga berbuat jahat tidak
semudah yang kau bayangkan’, dia menjelaskan bahwa sang penculik pasti sudah
dekat dengan sang anak karena menyuruh anak menulis sama sulitnya dengan
menyuruhnya untuk diam, dan artinya saat itu sang anak masih merasa aman, namun
setelah kejadian di pantai sang penculik membawanya berlari dari ibunya, saat
itu kondisi psikologis anak spontan akan berubah menjadi tanda bahaya, ia telah
sadar bahwa ada yang salah, dan akan mulai menangis juga meronta, setelah itu
Akram bekata begini ‘nah Fadli menurutmu apa dengan kondisi seperti itu sang
penculik dapat membawanya kemana-mana, apa lagi disaat itu tahu bahwa ada dua
orang polisi yang mengejarnya, dan kalaupun ia nekad pergi dari tempat ini kau
akan tahu tempat bertanya sesampainya disana’.”
Seorang
polisi muda dengan gayanya yang angkuh mulai bicara, “Tapi fadli bisa
saja kan setelah kau dan Neel pergi sang penculik yang sudah
merasa aman itu juga ikut pergi”
“Benar kata ferdi, bagai mana ia bisa merasa yakin sang penculik masih di
daerah sana?”
Fadli terlihat kebingungan menjawabnya, “biar aku saja yang menjelaskan” ucap
Neel, “kita sebagai polisi sering kali mengedepankan logika sebagai panutan
utama tanpa memperhitungkan keadaan atau kondisi kejiwaan pelaku maupun korban,
coba ingat lagi dari awal sampai akhir, sang pelaku masih amatir, apa kau ingat
saat pertama kali kau melakukan kesalahan yang baru dalam hidupmu, kau akan
merasa katakutan bahkan bertemu dengan orang yang tidak kau kenali, saat
dipandangi oleh orang lain seolah mereka mengetahui perbuatan burukmu.”
“ya begitulah kira-kira jawabannya seperti yang dikatakan Neel, lagi pula saat
mencari pelaku kami berdua dalam keadaan panik juga tidak dapat berfikir
tenang, padahal itulah yang diperlukan, sesampainya dipantai akram langsung
menuju tempat beberapa nelayan berkumpul dan bertanya apakah ada perahu yang
hilang?, ternyata benar saja ada, segera setelah itu aku menghubungi pengawas
terdekat dan meminjam perahu boot sementara akram masih bertanya-tanya pada
beberpa nelayan. Kalian tahu rupanya hal yang Akram tanyakan ketika aku pergi
ke ketempat pengawas adalah kondisi laut dan angin, dia benar benar seperti
navigator handal waktu itu dan kami bisa menemukan perahu nelayan yang hilang
itu tanpa kesulitan, perahunya mengambang tak jauh beberapa kilometer dari
pantai dan tentu saja dengan sang penculik juga sang anak dalam kondisi yang
menghawatirkan meski selamat, dan saat itu tenaga nell yang besar benar-benar
berguna,.”
“hahahaha, bisa saja kau Fadli, kalau saja bisa mengikat perahu itu pada perahu
boot aku tak akan mau mendayung sampai pantai, tapi pengemudi perahu boot itu
bilang kalau melakukannya perahu bisa terbalik karena ukurannya yang tidak
seimbang.”
“jadi dia memikirkannya sampai disitu . .” ucap Bob.
Ruangan seketika hening, pria bernama Ferdi mengambil sebuah koran dan
meletakannya di meja Fadli, “kalau ia dapat menangkap orang ini baru aku akan
mengakui kehebatannya.”
Fadli
mengambil koran itu, ia mulai membaca artikel paling depan yang dicetak dengan
ukuran huruf yang besar dan tinta yang tebal “BLACK BUTERFLY PEMBUNUH ITU TELAH
KEMBALI” pembunuh yang mengaku diri membunuh demi kebebasan dan kebaikan rakyat
setelah 1 tahun lebih menghilang kembali beraksi, korban adalah seorang Dewan
Rakyat yang telah disinyalir melakukan korupsi, namun pembunuhan tetaplah
pembunuhan, polisi berjanji akan menangkap pelakunya, polisi juga telah
mengkonfirmasi keabsahan mengenai black buterfly itu, pembunuh itu memang benar
Balck buterfly seperti tingkahnya yang sebelumnya selalu mengirimkan surat
ancaman sehari sebelumnya dan ‘benda’ yang selalu ia tinggalkan GAMBAR
KUPU-KUPU HITAM DI TEMBOK.”
“pembunuh itu muncul pertama kali muncul di tahun 1999 saat seorang peramal
bernama Black mengumumkan bahwa akan datang pembawa kehancuran di tahun itu,
tentu saja ramalan itu hanya dianggap sebagai pencarian sensasi belaka, lalu
sampai di tahun 2007 ia masih melakukan aksinyamembunuh para korban yang ia
anggap bersalah hingga akhirnya menghilang.” Ucap bob.
Fika mulai angkat bicara “tunggu peramal itu bernama Black kan?, apa mungkin ia
mengumumkan itu karena mengakui bahwa dirinyalah sang pembawa kehancuran?, dan
artinya dia lah . . .”
“ ayolah Fika kalau soal nama kan banyak yang bernama balck, itu kan hanya nama
samaran si pembunuh, jendral kita juga Black kan.” Tegas elena.
Nell mengambil koran dari fadli, “yah, kalau aku sih lebih tertarik dengan apa
yang pembunuh ini lakukan selama satu tahun.”
“haha ada kan
yang menghilang selama satu tahun lebih lalu muncul lagi dengan hilang ingatan
pula, ironisnya, waktu hilang dan munculan bisa sama.” balas Ferdi
“maksudmu Akram?”tanya elena
“apa maksudmu berkata begitu” Fadli memekik.
Bob mengerutkan keninngnya, “hei-hei, pembicaraan ini mulai jadi mengarah pada
hayalan kalian dan hanya menjadi obrolan yang tak berguna, sebaiknya kembali
bekerja dan melakukan tugas masing-masing.
0 comments:
Post a Comment