Selamat datang di abeladeline.blogspot.com, blog ini baru saja selesai dibagun tanggal 23 february 2015, masih belum banyak cerita yang dapat dibaca disini, masih banyak kekurangan, jadi mohon untuk segala komentar membangunnya, terimakasih

Monday, February 23, 2015

Kupu-kupu hitam bagian 1

Tiba-tiba saja kusadari telah berlari dengan kelelahan dan nafas terengah-engah di lorong sempit yang gelap, yang aku tidak mengerti sebenarnya aku ini lari dari apa?, kenapa aku berlari?, apa yang sebenarnya mengejarku?, namun aku tahu pasti, aku harus lari agar bertahan hidup agar selamat.

Langkahku semakin berat dan melambat karena kelelahan, akhirnya aku tiba diujung lorong itu, cahaya dari arah depan menyilaukan mata dan membuatku terjatuh, mengaduh kesakitan. Aku membuka mata ketika seekor kupu-kupu hitam baru saja muncul dari lorong, apa ia yang mengejarku, kenapa aku begitu takut??, kupu-kupu hitam itu mendekatiku, ia berubah menjadi besar, mulutnya gerak kekanan-kekiri komat-kamit  seakan ingin menelanku bulat-bulat. Aku membuka mulut mencoba berteriak, namun satu katapun tak mau keluar, mulutku seperti disumpal gumpalan kain yang besar.
 

Kurasakan keringat mengucur hampir dari seluruh bagian tubuhku, butuh waktu beberapa detik bagiku untuk menyadari kalau aku baru saja terbangun dari mimpi buruk. Aku melirik pria tua yang saat ini memandangiku dengan aneh, pak tua itu lebih mendekat seakan mencoba melihat isi hatiku "bagaimana kau bisa terdampar di hulu sungai?", ucap pria tua itu.

Seorang gadis yang terlihat agak ceroboh dan canggung muncul dari balik dengan membawa nampan berisi gelas dan mangkuk, "kakek!, jangan banyak tanya dulu dong, dia kan baru sadar" gadis itu mendekatiku dan sambil menyodorkan mangkuk "kau harus makan bubur ini agar cepat sembuh."

Gadis itu menyuapiku dengan penuh perasaan aku tak ambil pusing meski tak mengenalnya, kebaikannya membuat hatiku begitu tentram. setelah bubur di mangkuk itu habis sang gadis tersenyum, ia mulai menanyakan pertnyaan yang tadi dilontarkan oleh pak tua.

Aku meneguk gelas di air sampai habis sambil mengingat2 jawaban yang seharusnya aku berikan, tapi saat aku mencarinya kememori yang terdalam pun aku tak menemukannya, "aku siapa?" aku bergumam sambil memukul2 kepalaku, gadis tu berusaha menenangkanku, setelah itu ia berlari keluar ruangan sambil berteriak memanggil kakeknya.

Beberapa menit kemudian sang gadis kembali dengan pak tua dan seseorang yang berpakaian serba putih, dari stetoskop yang ia pakai aku tahu ia seorang dokter, ia mengatakan mungkin benturan keras dikepalaku yang menyebabkan aku amnesia.

setelah hari itu aku tinggal bersama kedua orang yang menolongku itu, meski tak mengenalku mereka memperlakukanku dengan baik, Evi gadis yang menolongku itu hanya memiliki seorang kakek, sehingga ia kehadiranku seperti memberi kehangatan lain untuknya.

Sudah setahun lebih berlalu saat ini aku membantu Kakek Evi di ladang sementara Evi bersekolah, identitasku dirahasiahkan, atau mungkin karna aku memang tidak tahu, namun semua orang mengenalku dengan sebutan April, saudara sepupu Evi dari kota. Kebohongan itu dibuat Evi agar warga tak cemas dengan kehadiran orang asing sepertiku, nama April seenaknya diberikan Evi padaku hanya karena aku ditemukan dibulan itu, padahal sudah ku protes karena mirip dengan nama anak perempuan.

Kadang aku memikirkan lagi semuanya, disini begitu hangat, mungkin ada baiknya jika ingatanku tak pernah kembali, karena saat itu terjadi mungkin aku malah kan meninggalkan mereka. Itu yang aku percaya, tanpa tahu, kalau kejadian kelam berikutnya akan segera datang, masih banyak badai setelah lautan tenang.

Malam itu baru saja memejamkan mata kakek memanggiku, aku keluar dari kamar, suara di luar begitu bising, seperti orang lari dengan kepanikan luar biasa. "ada apa kek" tanyaku.

Kakek memberikan sebuah bungkusan padaku dengan wajah ketakutan, "kau harus segera pergi dari sini!, desa sebelah sedang diserang oleh grombolan pencuri dan pembunuh, mungkin mereka juga akan kemari, oh ia isi bungkusan itu adalah benda yang kau bawa saat kutemukan, mungkin bisa menjadi petunjuk ingatan masa lalumu."

"Tapi bagaimana dengan kalian" ucapku.

"Cepat pergi!!!, tempat ini satu-satunya tempat tinggal kami." Evi memekik.

melihat mereka aku benar-benar kebingungan, aku berlari sesuai petunjuk mereka lewat pintu belakang, dari kejauhan aku melihat kakek dan evi keluar sambil membawa alat pukul seadanya.

Setelah berlari cukup jauh akhirnya mataku terbuka, apa yang kupikirkan?, kenapa aku harus lari?, aku menghentikan langkahku dan bergegas kembali ke desa, desa yang selama ini telah memberiku kehidupan selama satu tahun lebih, juga desa dimana aku mendapatkan "keluargaku" yang baru, desa itu juga desaku.

akhirnya aku tiba di tempat yang baru saja ku tinggalkan, tapi tempat itu kini bak di telan oleh angin topan yang dahsyat, begitu hancur, aku berlari kereruntuhan rumah kakek dan evi, mencoba mencari mereka sambil berharap dapat menemukannya dalam keadaan hidup.

Dibalik reruntuhan batu aku melihat tangan yang terhimpit, dari kain yang terlihat aku yakin kalau itu kakek, aku berlari kearahnya dan menggeser batu itu sekuat tenaga.

"syukurlah kek, apa kau.... akh..." bukan, itu bukan kakek, itu hanya tangan tanpa tubuh yang berlumuran darah, tubuhku jatuh karena lemas, aku memandangi benda mengerikan itu, apa yang sebenarnya terjadi?.

aku berlari ke berbagai tempat mencoba mencari Evi, dari arah lapangan terdengar suara bising, mungkinkah Evi disana?.

sesampainya dilapangan bukan hanya Evi yang kutemukan tapi juga orang-orang gila yang sedang bermandikan darah para penduduk desa, mereka melihatku dengan tatapan mengerikan seperti binatang buas yang kelaparan.

Evi meneriakiku untuk pergi, tapi aku terlanjur dilihat mereka, tubuhku juga kaku, bungkusan ditanganku jatuh disusul badanku, seorang pria besar mendekatiku "biarkan saja dia" ucap seorang pria yang memakai topeng diwajahnya, "dia sudah terlambat untuk dikorbankan, darahnya hanya akan merusak upacara pengorbanan" tambahnya.

Pria bertubuh besar itu meninggalkanku, aku melirik kearah Evi yang terikat bersama beberapa warga lainya yang masih hidup, seorang warga ditarik oleh pria besar yang terus menjulurkan lidahnya membunuhnya dan melemparkan mayatnya pada tumpukan mayat sebelumnya.

seorang pria yang begitu besar bak raksasa berjalan mendekati mayat-mayat itu, "kakak aku lapar" ucapnya.

"kau boleh memakan semuanya" ucap sang pria bertopeng.

Air liur yang menetes-netes dari pria gendut itu benar-benar menjijikan, satu demi satu ia memakan mayat-mayat itu, benar-benar mengerikan, mereka itu.... bukan manusia.

Perutku terasa mual melihat semua ini, bungkusan didepanku terbuka karena angin, didalamnya terdapat sebuah pistol emas dan pisau perak berkarat, apa benar ini milikku?, apa aku bisa menggunakan benda ini?.

Wajah Evi terlihat begitu ketakutan, hal yang paling ku takutkan terjadi, evi dtarik ketengah lapangan, "April lari!!!!" teriaknya.

ia masih memikirkanku disaat begini?. tapi aku malah lari, apa yang ku fikirkan?, aku mengambil pistol, mengarahkan pada monster-moster keji itu dan "....?"

aku telah menarik pelakuknya?, namun tak ada satupun peluru yang keluar, "kosong?" hantaman keras menimpaku dari belakang "mengagetkan saja" ucap pria dibelakangku.

meski tubuhku roboh karena pria itu, meski mataku tertutup aku masih sadar saat pria yang juga memukulku menginjak-nginjak tubuhku, aku juga masih dapat mendengar suara pria bertopeng yang menyuruh pria yang memukulku berhenti, namun dari tadi sebenarnya aku mencari2 suaranya, kenapa aku tak dapat mendengarnya?, mendadak kepalaku pusing, rasanya semakin sunyi, aku mulai tak mendengar apapun dan mengantuk.


0 comments:

Post a Comment