Selamat datang di abeladeline.blogspot.com, blog ini baru saja selesai dibagun tanggal 23 february 2015, masih belum banyak cerita yang dapat dibaca disini, masih banyak kekurangan, jadi mohon untuk segala komentar membangunnya, terimakasih

Tuesday, March 17, 2015

Teori Hantu 1





Jika menurutmu hantu itu ada maka apa yang terbayang pertama kali di dalam benak?, apakah Kunti?, Pocong?, atau jenis hantu apa yang terbayang didalam benakmu?. Beberapa orang yang mengaku pernah melihat “Hantu” mengatakan hal yang berbeda beda, uniknya beda Negara beda pula hantunya. Jadi apakah hantu itu memiliki fisik berbeda, memiliki suku atau bangsa yang berbeda?.
Beberapa orang berpendapat hantu berbeda-beda dikarenakan karena awal mula atau asal-usul hantu adalah dari orang yang sudah mati, dan seperti manusia yang memiliki jenis dan bentuk fisik yang berbeda-beda maka begitu pula hantunya. Bentuk atau wujud hantu adalah cerminan fisik ketika manusia itu mati, jadi jika ia mati dalam bentuk anak-anak maka hantunya pun akan jadi anak-anak, jika ia mati setelah dewasa maka begitu pula hantunya.
Tidak hanya dari fisiknya, pakaian yang dikenakan dan  oleh manusia ketika ia terakhir kali mati juga akan menjadi cerminan hantunya, termasuk luka dan hal-hal yang ada di tubuhnya terakhir kali.
Kenapa hantu itu ada?. Sebagian mengatakan karena masih meliki urusan yang tertunda, seperti masih memiliki keinginan yang belum terselesaikan, atau mungkin dendam. Tapi menurutku tidak begitu, semuanya salah. Semua hal ini hanya ada di TV atau filem-filem yang kurang bermutu di bioskop. Faktanya hingga sekarang, tidak pernah ada berita seseorang mati karena hantu, tidak ada pula hantu yang datang pada seseorang dan mengatakan maksudnya yang belum terselesaikan. Kalaupun ada itu hanya kata orang. Aku belum pernah mengalaminya. Dan akhirnya aku tahu bahwa teori mereka selama ini memang benar-benar salah. Ada hal lain dibaliknya, hal yang jauh lebih mengerikan dan akhirnya mengancam kehidupanku.
Namaku Andre, aku sebenarnya tidak percaya dan perduli urusan atau hal-hal mengenai hantu ini, hanya saja teman sebangku ku di kelas 1 SMA begitu gigih memberikan asupan tidak jelas tentang berbagai teori hantu. Namanya Geri. Pagi-pagi belum juga aku menyimpan tas di bangku dia sudah melompat di depanku memberikan senyuman menyebalkan, aku hanya ber “hah” saja ingin mengabaikan.
“Dre kamu tau gak? Katanya kemarin malam di belakang sekolah, di taman yang suka dipake pacaran sama anak-anak kelas 2 itu ya Dre, pak Maman penjaga sekolah kita itu, dia ngelihat ada perempuan pakai baju serba putih lagi berdiri di bawah pohon jambu. Wihh serem banget Dre, parahnya lagi ya, si pak maman malah ngira itu anak sekolah kita yang belum pulah ehhhh pas di deketin Dre, ternyata kakinya ngelayang!!!.
“Ah paling-paling itu karangan pak maman aja Ger, lagian kamu tau dari mana sih, update banget.” Aku mengambil kursi, membuka buku PR matematika, pura-pura membaca. Geri baru saja mau menjawab sesuatu namun aku buru-buru memotong  “kamu udah beresin PR matematika belum?, banyak lho ada 10 soal”
Geri seketika berwajah pucat, ia membating tasnya dan seperti orang yang kerasukan, mengacak-acak isi tasnya, membuka salah satu buku, lalu duduk terkulai lemas. Aku tahu jawabannya, jelas pati dia lupa lagi mengerjakan PRnya.
“Dre . . .” Ucapnya memelas.
“Gak Ger, kerjain sendiri, kalau kamu terus-terusan nyontek PR aku, selamanya kamu gak akan ngerti dan gak bias matematika.”
“Pliss Dre . . ., sekali ini saja, lain kali aku pasti kerjain sendiri, ya ya . . .”
“Minggu kemarin juga kamu bilang begitu Ger, ogah ah.”
Geri duduk semakin terkulai lesu, ia tahu kalau aku sudah bilang tidak, maka pasti selanjutnya pasti tidak. Berkat kejadian PR, Geri jadi berhenti membahas soal hantu, alih-ali ia bertanya beberapa soal yang ia tidak dapat mengerti.
Hari semakin siang, bel sekolah berbunyi ,akhirnya aku bisa terbebas dari Geri. Tadi, setelah  pelajaran matematika selasai, ia mulai mengoceh soal hantu itu lagi, namun aku berhasil mengalihkan pembicaraan. Entahlah, semain lama aku semakin sebal dan bosan dengan pembicaraan hantu ini. Baru saja akan melewati gerbang sekolah hendak pulang sampai seseorang menepuk pundak ku, “Dre, aku cariin kamu tadi, untung saja belum pulang.”
Aku berbalik dengan wajah sebal, “Kenapa lagi Ger?, aku mau pulang.”
“Dre tahu gak aku barusan ketemu pak Maman, dia ngajakin kita buat ngeliat penampakan hantu itu lagi malam ini buat ngebuktiin ceritanya. Aku langsung bilang ia.”
Geri mengaduh karena ku sikut sambil memberi wajah paling menyebalkan “kita?, enak aja, kamu aja sana, mana ada waktu aku buat hal-hal beginian. Udah ah, aku mau pulang.”
Tanpa berbalik lagi aku terus melangkah dengan cepat, aku harus segera pergi sebelum Geri sadar dan mencari-cari alasan. Namun Geri lebih cepat, ia berlari mengejarku dan melompat kedepan. “Tunggu dulu Dre, please . . .aku janji ini yang terakhir. Kalau kamu mau ikut aku malam ini, aku janji gak akan ngomong atau bahas soal hantu lagi.”
“Ahh” aku mengaduh dalam hati, kenapa juga dia berbicara seperti itu, memang bagus bisa terbebas dari pembicaraan soal hantu lagi, tapi kalau harus ikut dengannya berburu hantu, “Gak tahu lah Ger, aku gak pengen ikut-ikut hal gak penting kaya gini.”
“Ayo lah Dre, kamu kan gak percaya sama hantu, kalau kamu yakin hantu itu gak ada, berarati gak perlu takut kan?”
“Aku gak takut Ger, cuman ngabisin waktu aja, gak penting.”
Geri menatap berharap “Tapi ini penting buat aku Dre, tapi aku gak bisa sendirian, aku butuh temen yang bisa ngeyakinin kalau memang hantu itu ada, kamu juga pasti bisa lihat kan?, dan kalaupun gak ada, yaaa berarti selama ini aku dibohongin pak maman. Aku pasti bakal berhenti.”
“Ah kamu ini Ger paling bisa ngomong, ya sudah, tapi kamu janji ya!, awas kalau sampai besok masih bahas soal hantu lagi.”
Geri tersenyum lebar, aku rasanya menyesal menyetujui kegiatan gak bermutu ini. Tapi satu hal yang aku belum ketahui. Kalau kejadian selanjutnya akan benar-benar mengubah kehidupanku.

0 comments:

Post a Comment