Akram sedang mengisi berkas-berkas laporan atas kasus yang baru ia selesaikan
dalam ruangannya, beberapa file lama yang berisi kasus kekerasan ia pisahkan
dan menyusunnya di rak, ia terdiam sejenak menatap file-file itu, memikirkan
bagaimana seorang manusia dapat melakukan hal-hal buruk demi memuaskan nafsu
atau pun mendapatkan sesuatu, padahal dengan melakukan itu, ia akan kehilangan
hal lain yang jauh lebih berharga, apa mereka tak pernah memikirkannya?.
Fikiran Akram tenggelam lebih jauh lagi dan mengingat hal buruk yang telah
merenggut nyawa kedua orang yang sudah menjadi bagian keluarganya selama satu
tahun lebih, sekali lagi ia merasa bersalah tak dapat menyelamatkan mereka,
“sebenarnya apa yang mereka dapatkan dari membunuh?.”
Telepon diruangan Akram berdering, “Halo Akram” Ucap suara dibalik telepon itu.
“Oh, Black, ah maksudku . . . Jendral.”
“ tak perlu formal begitu Akram, Aku hanya ingin mengucapkan selamat atas kasus
yang baru kau selesaikan.”
“Langsung saja, tak perlu basa-basi.”
“hahahaha, ketahuan ya, Akram apa kau tahu soal Black Buterfly?”
Akram melirik koran pagi yang sudah selesai dibacanya, “ah, pembunuh itu ya,
jadi kau mau menyuruhku menangkapnya.”
“Aku sudah menelepon ke pimpinanmu untuk menyerahkan berkas kasusnya, kasus
begini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, apa lagi polisi seperti
dipermainkan dengan pembunuh yang memberitahukan targetnya terlebih dahulu dan
kali ini yang akan dibunuh adalah seorang anggota dewan lagi, tanggal dan waktunya
adalah besok.”
“kalau begitu mudahkan sembunyikan saja anggota dewan yang akan dibunuh itu dan
biri penjagaan ketat selama 24 jam.”
“hahaha, Akram, kalau pembunuh biasa mungkin itu berguna,lagi pula kau pikir
kami ini bodoh tak memikirkan cara begitu, segala hal cara sudah pernah
dilakukan, tapi “dia” selalu saja berhasil mendapatkan mangsanya.”
“Jadi apa yang harus kulakukan?, ikut mengawal anggota dewan itu?.”
“Tidak, soal itu serahkan saja pada anak buahmu, tugasmu adalah
menangkap penjahat itu, ia terlalu berbahaya jika dibiarkan, yang lebih
berbahaya lagi saat ini mulai muncul pendukungnya dari berbagai belahan dunia,
bayak yang mulai bersimpati dan merasa sejalan dengannya karena telah membunuh
orang yang memang pantas untuk dibunuh.”
“ah, akan ku laksanakan.”
Setelah
selesai membaca berkas-berkas tentang Black Buterfly, Akram menulis sebuah memo
dan meyerahkannya ke Fadli lalu meninggalkan kantor hingga motornya berhenti
disebuah toko bertuliskan TOKO SENJATA LILI, ia masuk kedalam toko itu, didalam
seorang perempuan yakni penjaga toko itu menyambutnya dengan senyuman “Ah, kau
rupanya, Senjatamu telah selesai kuperbaiki, kau mau mengambilnya?”
“Yah, terimakasih Lili.”
“Kenapa kau begitu lesu, bukankah polisi muda sepertimu seharusnya bersemangat,
oh ia, senjatamu bagus sekali, pistol emas itu dipoles seikit saja langsung
dapat digunakah dengan luar biasa, aku tak tahu kalau ada orang yang dapat
membuat benda seindah itu, tapi untuk pelurunya aku cari dimanapun tak ada
jenis yang sesuai dengannya, tapi jangan
kawatir secara khusus aku membuatnya untumu, sebentar kuambilkan.”
Lili masuk kepintu dibelakangnya dan kembali denganmembawa bungkusan, “ini
pistolmu, memang belum ku uji coba, tapi kekuatan pistol ini jika dipadukan
dengan peluru yang kubuat bahkan dapat membunuh seekor gajah, sebenarnya
darimana kau mendapatkannya?.”
“entahlah.”
“yah, kalau kau tak mau memberitahukannya juga tak apa, tapi pasti sangat
spesial karena terlihat dijaga begitu baik, oh ia, satu lagi, Pisau perakmu ini
juga sudah kubuat mengkilat lagi, bahan dasar Pisau perak ini juga luar biasa,
aku tak akan bertanya dari mana kau mendapatkannya karena kau pasti takmau
menjawab lagi, hanya saja aku sengaja membuatkan sarung pisaunya, kuharap pisau
itu tetap di sana dan tidak kau pakai.”
“Apa maksudmu Lili?.”
“entahlah, kau mau percaya atau tidak, tapi sebagai orang yang sudah lama
bergelut dibidang ini, aku dapat merasakan nyawa dari setiap senjata dan aku
mencium darah pekat yang tak dapat dibersihkan dari pisau itu berbeda dengan
perasaan halus yang ku dapat dari pistolmu.”
“ . . .”
Langin malam ini warnanya hitam pekat, bulan bersembunyi dibalik awan hitam
seakan takut akan sesuatu, lampu beberapa mobil patroli dibiarkan tetap menyala
untuk membantu kewaspadaan para polisi yang tak dapat melihat dalam gelap,
rumah besar milik pejabat pemerintah itu menjadi lebih ramai dari biasanya
dimana-mana polisi bolak-balik untuk menjaga pemilik rumahnya, Akram terlihat
sedang memberikan perintah pada beberapa anak buahnya “apa dengan begini cukup
pak?” ucap Fadli.
“Entahlah, untuk menjaga seseorang tak mungkin semua unit dikerahkan, karena
itu akan memberi peluang bagi penjahat lain ditempat yang berbeda beraksi, 30
orang saja kurasa sudah berlebihan, aku malah takut jika terlalu banyak orang
sang pembunuh bisa saja menyusup dintaranya, toh kita masih belum tahu wujud si
pelaku.”
“Tapi pak, apa cara yang anda fikirkan akan berhasil?” Tanya Neel.
Akram terdiam sejenak, “entahlah, jika perkiraanku benar seharusnya begitu,
saat ini pun mungkin ia sedang menyaksikan kita dari suatu tempat, kita tinggal
mengandalkan keberuntungan.
Jam
sudah menunjukan pukul 21:00, jika sesuai dengan perjanjian seharusnya sang
pelaku sudah datang, diruangan tengah semua polisi menjaga angota dewan itu
dengan ketat, di ruangan yang berbeda keluarga anggota dewan juga dijaga dengan
penuh pengawasan, detik demin detik mulai bertambah mata para polisi itu
semaikin lama semakin tajam, disebelah ruang tengah Fadli dan Neel yang menjaga
monitor menangkap bayangan lewat kamera yang dipasang ditaman, “semua bersiap”
teriak Akram.
Terdengar suara kaca pecah, Fadli dan neel berlari keruangan tengah, meski
sebagian lampu diruangan itu telah pecah namun fadli masih dapat melihat
seseorang telah berhasil melukai semua polisi yang berjaga dan menusuk tepat di
jantung anggota dewan itu “Tidak mungkin” ucapnya.
Fadli dan neel serentak mengarahkan pistol pada Black Buterfly, Balck buterfly
lemparkan sesuatu ketembok, beberapa saat kemudian bagaikan sihir muncul gambar
kupu-kupu yang dibuat dengan tinta hitam.
Dibalik cadarnya sang Black buterfly tersenyum, ia mengankat pisaunya, Fadli
dan neel menarik pelatuk mereka namun pelurunya meleset, “Gerakannya terlalu
cepat!”, Fadli dan Neel terjatuh, Black buterfly berlari hingga halaman
belakang namun langkahnya terhenti, Akram dan pistolnya emasnya telah menunggu.
Awan hitam yang menutupi bulan sendari tadi mulai bergerak, sedikit sedikit
cahaya mulai menerangi tempat itu, “kenapa kau berwajah pucat begitu?, apa kau
kaget kalau yang kau bunuh ternyata hanya boneka lilin yang aku persiapkan, kau
heran bukan kapan aku menggantinya, aku melakukannya sesaat sebelum kau tiba,
sebuah pintu dibawah ruangan itu telah dipersiapkan untuk jalan lari sekarang
anggota dewan itu mungkin sudah pergi dari tempat ini, yah hanya trik panggung
biasa, tapi rupanya berhasil mengecoh pembunuh profesional sepertimu, meski aku
masih tak mengerti bagai mana caramu melumpuhkan semua polisi yang berjaga”
Black buterfly mengacungkan pisaunya, Akram menembakan Pistolnya, Balck
buterfly jatuh karena tembakan itu, pisau yang ia pakai untuk menahan tembakan
terlempar, pisau itu berlubang!, akram berjalan hingga jaraknya dengan Black
buterfly hanya satu kaki “Lili bilang peluru pistol ini dapat membunuh seekor
gajah kupikir hanya becanda, kalau dilihat dari kondisimu sepertinya kaumemakai
jakt antipeluru yang dirangkap dengan APD, jadi aku takperlu kawatir.”
Black buterfly terbatuk-batuk hingga cadarnya menjadi jauh lebih hitam, ia
berdarah! “rupanya kau sudah menebak aku akan pergi lewat jalan ini ya”
ucapnya.
“mudah saja orang sombong sepertimu yang mengirimkan surat ancaman biasanya muncul dari depan dan
pergi secara diam-diam, aku hanya bertaruh dengan keberuntunganku.”
black buterfly membuka cadarnya “cih, alat pengubah suara ini mulai
menggangguku.”
Rambut panjang dan wajah cantik dibalik cadar itu kini terlihat, angin yang
datang mengusir awan hitam hingga membuat sang bulan leluasa menerangi bumi,
“Wanita?”, gumam Akram.
Wajah cantik dibalik cadar dan nama Balck Buterfly itu mendadak menjadi lebih
pucatdari sebelumnya saat memandang akram, matanya menjadi merah, ia memaksakan
diri untuk berdiri dan memeluk Akram, “Rem, aku pikir kau sudah . . . .”, Gadis
itu sambil menangis kembali menatap Akram.
Akram melepaskan pelukan gadis itu, “Apa maksudmu?, apa kau mengenaliku?”
“ini aku Resha, apa kau lupa?!”
Akram membalikan tubuh Resha dan mengikat kedua tangannya dengan borgol,
“Entahlah, aku tak ingat apapun, yang kuingat saat ini aku adalah seorang
polisi dan kau pembunuh.”
“APA MAKSUDMU TAK INGAT APAPUN?, POLISI?,
PASTI MEREKA TELAH MENCUCI OTAKMU REM!.” Resha memekik.
“KALAU BEGITU KATAKAN SIAPA AKU!!” balas Akram.
Resha menjatuhkan dirinya dan duduk ditanah, airmatanya tak berhenti menetes,
“kelihatannya kejadian itu telah membuatmu hilang ingatannya, kau juga lupa ya
saat memutuskan untuk masuk Black buterfly, bahkan mungkin kau lupa kalau kau
mencintaiku.”
Akram terdiam, jauh didalam dirinya ia merasa mengingat sesuatu tetang gadis
ini, apa benar yang ia katakan?, lalu kenapa Black mengatakan aku adalah
perwira polisi bernama Akram?, lalu siapa yang menjadi keluargaku searang?”
Resha masih terus menatap Akram, wajahnya berubah berseri saat melihat pistol
yang digenggam Akram, “Jadi kau sudah menemukan pelurunya ya.”
“apa maksudmu?”
“fuh benar juga, kau kan lupa semuanya, pistol itu diberikan ayahmu yang
seorang perwira polisi, namanya Akram, kau bisa melihat ukiran namanya didasar
gagang senapan itu.”
Akram membalikan gagang senapannya, nama Akram memang terukir disana,
“jadi Akram itu bukan Namaku?”
Resha tersenyum, “kau ini lucu, sekarang aku percaya kau memang hilang ingatan,
tapi sifatmu tidak berubah, pistol itu juga masih kau jaga dengan baik, aku
jadi ingat saat kau masuk organisasi Black buterfly kau ditertwakan orang-orang
karena membawa-bawa pistol tak berpeluru”
“jadi Black buterfly adalah sebuah organisasi?”
“Kau juga lupa soal itu?, bukankah . .”
Terdengar suara tembakan, selongsong peluru mengarah pada Akram, akram berusaha
menghindarinya tapi tangan kanannya terserempet, “apa temannya?” Akram berusaha
menahantubuh agar tidak terjatuh, seseorang terlihat melompat dari atas pohon
ketembok pagar rumah itu, Akram berusaha mengejarnya tapi ia terlalu cepat,
Akram berbalik kembali tapi seseorang yang lain telah berdiri didekat resha,
“DOOR” orang itu menarik kembali pistol yang ditempelkan didahi resha, resha
terjatuh, orang itu mengambil sebuah tisu dan membersihkan mulut pistolnya.
“JANGAN BERGERAK” Akram mengarahkan pisolnya, tapi pria berambut panjang itu
tetap santai membersihkan senapannya.
Suara serine Ambulan dan polisi mulai terdengar, “kenapa mereka selalu lambat”,
pria yang menembak resha itu masih santai membersihkan senapannya, ia memasukan
tisunya ke saku celana dan menggenggam sebuah pisau.
Akram menembak tangan Pria itu, tapi gerakannya terlalu cepat, sekejap saja
dengan senyuman dan matanya yang mengerikan ia telah berada di depan akram,
senyumannya melebar , ia mencabut pisau yang merobek perut Akram, “sejak kapan”
ucap akram.
Fadli dan neel juga kepala polisi bersama bantuan berlari ketempat Akram, para
polisi yang berjaga malam itu hanya mendapatkan luka ringan, Akram telah jatuh
pingsan dengan pendarahan yang serius di perutnya, sementara saat tim medis
memeriksa gadis yang ditemukan dibelakang rumah anggota dewan dipastikan telah
meninggal dengan luka tembak dikepalanya.
Dua orang berpakaian hitam tampak menyusuri lorong sempit
yang gelap, “Raye apa kau sudah tahu, Resha gagal melaksanakan tugas, ia telah
di hapus” ucap salah seorang diantara mereka.
“ya, itu sudah jadi pembicaraan umum di organisasi, sebenarnya itu bukan hal yang buruk, persiapan sudah selesai sepenuhnya jadi kejadian ini tak akan menjadi gangguan.”
“Bukan begitu Raye, tapi apa kau tahu bahwa Apple yang telah membunuhnya?.”
“Apple?, hahaha, apa kau takut padanya hingga memanggilnya dengan nama sandi organisasi?, sejak awal kau terlalu polos Sona, atau kau mau ku panggil Banana!, cih, Master itu kenapa memberi kita nama sandi dari buah, kenapa bukan benda kotor dan mengerikan lainnya, masih saja ingin terlihat suci, padahal membunuh tetap saja membunuh, pemerintah akan mengangapnya kejahatan dengan alasan apapun.”
“kenapa bicaramu ngelantur sekali raye?, apa kau tidak tahut master mendengarnya?, lagi pula kau harus mengakui kalau Apple itu adalah Monster, aku percaya ia bukan manusia, kau ingat tidak waktu kejadian ada isu penyusup di dalam organisasi kita, ia mengumpulkan seluruh anggota organisasi yangjumlahnya puluhan ribu, menatap mata mereka satu persatu sampai akhirnya menemukan penyusup itu, ia dapat menemukan kebohongan pada mata manusia, tapi yang mengerikan lagi bukan hanya itu ia melakukannya dengan sangat cepat, benar-benar mengerikan.
“Apple, sebaiknya kita memang tak memiliki urusan dengannya, Resha yang malang, tapi sebenarnya apa yang harus ditakuti lagi toh setiap saat kita dihadapkan pada kematian, aku jadi mulai ragu pada yang kita lakukan saat ini, tapi . . kalau sudah masuk organisasi jalan keluar dari sini hanya kematian.”
“Mati ya, kalau soal itu aku jadi ingat, kudengar saat misi Resha itu salah seorang dari anggota kita yang bertugas ada yang melihat Rem.”
“Rem?! APA KAU YAKIN?” Raye memekik.
“i, ia, tapi itu hanya isu mungkin saja hanya salah lihat, jelas-jelas Rem telah mati setahun lebih yang lalu saat misi kita untuk menghancurkan sebuah gedung pemerintahan kan, waktu itu kita menyaksikan sendiri tubuh Rem meledak karena menyelamatkanmu.”
“benar, mana mungkin ia bangkit kembali, kalau pun ia artinya yang dilihat anggota organisasi itu adalah Hantu.”
“haha, kau ini mana mungkin, kita jadi mengingat-ingat masa lalu, itu tidak baik tapi kalau Rem masih ada, kurasa Apple jadi bukan apa-apa.”
Suasana mendadak menjadi sepi, kedua orang itu terus berjalan menelusuri lorong yang semakin lama semakin gelap hingga sona mulai memperbesar api lenteranya, sesekali sona mencoba untuk membuka pembicaraan tapi Raye terus terdiam terlihat memikirkan sesuatu.
Akhirnya mereka sampai didepan sebuah pintu besar, sona membuka pintu itu dengan hati-hati, masuk kedalam perlahan dan berjalan melewati orang-orang yang telah berkumpul disana sebelumnya, jumlah orang-orang yang berkumpul ditempat itu ada 10.000, tidak bahkan lebih banyak dari itu, merekaberdua tidak ikut dengan orang-orang yang berkerumun dibawah, namun terus menaiki tangga, saat menaiki tangga tatapan Raye tertuju pada pria berambut panjang diatas “Apple”, pandangan itu tak dilepaskannya hingga ia bergabung dengan orang-orang yang berada di atas, kurang lebih ada 15 orang ditambah sona dan raye bergabung menjadi 17 orang dan kesemuanya kini mengenakan topeng yang sangat aneh.
Didepan barisan 17 orang itu ada seorang pria, berbeda dengan yang lainnya pria itu tidak mengenakan pakaian hitam tapi putih, ia berdiri dan melambaikan tangan pada semua orang yang berada dibawahnya hingga semua orang bersorak, topeng yang digunakan oleh pria berpakaian putih itu berbeda lagi dengan yang dikenakan oleh 17 orang dibelakangnya, benar-benar topeng yang menjijikan seperti orang yang terkena bisul atau dipenuhi oleh borok.
Suasana menjadi hening kembali, setelah pria itu memberikan sebuah isyarat dan ia pun mulai berbicara “apa kalian tidak meraskan, setiap hari rasanya semakin sulit untuk bernafas, semaikn sedikit tempat untuk bernafas dengan bebas tanpa udara yang terkontaminasi karena ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab, kita semua berkumpul disini untuk misi suci, kita akan membuka gerbang menuju dunia baru, dunia yang hanya berisi orang-orang yang memang dibutuhkan oleh dunia, orang-orang yang sadar kan pentingnya dunia dan tidak merusaknya, kita semua adalah orang-orang terpilih itu, kita akan “hapuskan” semua yang tidak perlu dan membuat dunia kita yang jauh lebih baik.”
“ . . .”
“ya, itu sudah jadi pembicaraan umum di organisasi, sebenarnya itu bukan hal yang buruk, persiapan sudah selesai sepenuhnya jadi kejadian ini tak akan menjadi gangguan.”
“Bukan begitu Raye, tapi apa kau tahu bahwa Apple yang telah membunuhnya?.”
“Apple?, hahaha, apa kau takut padanya hingga memanggilnya dengan nama sandi organisasi?, sejak awal kau terlalu polos Sona, atau kau mau ku panggil Banana!, cih, Master itu kenapa memberi kita nama sandi dari buah, kenapa bukan benda kotor dan mengerikan lainnya, masih saja ingin terlihat suci, padahal membunuh tetap saja membunuh, pemerintah akan mengangapnya kejahatan dengan alasan apapun.”
“kenapa bicaramu ngelantur sekali raye?, apa kau tidak tahut master mendengarnya?, lagi pula kau harus mengakui kalau Apple itu adalah Monster, aku percaya ia bukan manusia, kau ingat tidak waktu kejadian ada isu penyusup di dalam organisasi kita, ia mengumpulkan seluruh anggota organisasi yangjumlahnya puluhan ribu, menatap mata mereka satu persatu sampai akhirnya menemukan penyusup itu, ia dapat menemukan kebohongan pada mata manusia, tapi yang mengerikan lagi bukan hanya itu ia melakukannya dengan sangat cepat, benar-benar mengerikan.
“Apple, sebaiknya kita memang tak memiliki urusan dengannya, Resha yang malang, tapi sebenarnya apa yang harus ditakuti lagi toh setiap saat kita dihadapkan pada kematian, aku jadi mulai ragu pada yang kita lakukan saat ini, tapi . . kalau sudah masuk organisasi jalan keluar dari sini hanya kematian.”
“Mati ya, kalau soal itu aku jadi ingat, kudengar saat misi Resha itu salah seorang dari anggota kita yang bertugas ada yang melihat Rem.”
“Rem?! APA KAU YAKIN?” Raye memekik.
“i, ia, tapi itu hanya isu mungkin saja hanya salah lihat, jelas-jelas Rem telah mati setahun lebih yang lalu saat misi kita untuk menghancurkan sebuah gedung pemerintahan kan, waktu itu kita menyaksikan sendiri tubuh Rem meledak karena menyelamatkanmu.”
“benar, mana mungkin ia bangkit kembali, kalau pun ia artinya yang dilihat anggota organisasi itu adalah Hantu.”
“haha, kau ini mana mungkin, kita jadi mengingat-ingat masa lalu, itu tidak baik tapi kalau Rem masih ada, kurasa Apple jadi bukan apa-apa.”
Suasana mendadak menjadi sepi, kedua orang itu terus berjalan menelusuri lorong yang semakin lama semakin gelap hingga sona mulai memperbesar api lenteranya, sesekali sona mencoba untuk membuka pembicaraan tapi Raye terus terdiam terlihat memikirkan sesuatu.
Akhirnya mereka sampai didepan sebuah pintu besar, sona membuka pintu itu dengan hati-hati, masuk kedalam perlahan dan berjalan melewati orang-orang yang telah berkumpul disana sebelumnya, jumlah orang-orang yang berkumpul ditempat itu ada 10.000, tidak bahkan lebih banyak dari itu, merekaberdua tidak ikut dengan orang-orang yang berkerumun dibawah, namun terus menaiki tangga, saat menaiki tangga tatapan Raye tertuju pada pria berambut panjang diatas “Apple”, pandangan itu tak dilepaskannya hingga ia bergabung dengan orang-orang yang berada di atas, kurang lebih ada 15 orang ditambah sona dan raye bergabung menjadi 17 orang dan kesemuanya kini mengenakan topeng yang sangat aneh.
Didepan barisan 17 orang itu ada seorang pria, berbeda dengan yang lainnya pria itu tidak mengenakan pakaian hitam tapi putih, ia berdiri dan melambaikan tangan pada semua orang yang berada dibawahnya hingga semua orang bersorak, topeng yang digunakan oleh pria berpakaian putih itu berbeda lagi dengan yang dikenakan oleh 17 orang dibelakangnya, benar-benar topeng yang menjijikan seperti orang yang terkena bisul atau dipenuhi oleh borok.
Suasana menjadi hening kembali, setelah pria itu memberikan sebuah isyarat dan ia pun mulai berbicara “apa kalian tidak meraskan, setiap hari rasanya semakin sulit untuk bernafas, semaikn sedikit tempat untuk bernafas dengan bebas tanpa udara yang terkontaminasi karena ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab, kita semua berkumpul disini untuk misi suci, kita akan membuka gerbang menuju dunia baru, dunia yang hanya berisi orang-orang yang memang dibutuhkan oleh dunia, orang-orang yang sadar kan pentingnya dunia dan tidak merusaknya, kita semua adalah orang-orang terpilih itu, kita akan “hapuskan” semua yang tidak perlu dan membuat dunia kita yang jauh lebih baik.”
“ . . .”
“Jadi gadis itu sudah meninggal?” tanya akram.
Fadli mengangguk , “saya bersyukur anda selamat”
“yah aku sendiri juga kaget, kupikir aku sudah mati.”
Pintu kamar akram diketuk, Nell masuk kedalam kamar bersama pimpinan polisi dan jendral black, ayah dan ibu Akram mempersilahkan mereka duduk.
Black memohon maaf pada ayah dan ibu akram untuk keluar sebentar karena mereka akan membicarakan masalah kantor.
“kau baik-baik saja?” Tanya Black
“yah seperti yang bisa anda lihat, rumasakit ini membuatku benar-benar nyaman.” Jawab akram.
“maaf, tapi sepertinya tak perlu ada basa-basi lagi, lebih baik kita mulai saja pembicaraannya jendral.” Ucap pimpinan polisi.
Pimpinan polisi mengeluarkan sebuah bungkusan plastik “ini adalah barang yang dimiliki gadis yang terbunuh itu” ucapnya.
Akram membuka sarung tangan dan membuka bungkusan itu, isinya sebuah pisau yang berlubang dan botol tinta, ia memperhatikan botol tinta itu dengan seksama “botol tinta ini menarik, kalau begini siapapun bisa menjadi Black butterfly.”
“tepat sekali, aku ingin mendengarmu berpendapat seperti itu.” Ucap black
Kepala polisi mengerutkan keningnya melihat ekspresi Black yang tidak biasa “maaf jendral bukankah seharusnya anda tidak merasa senang?, jika masih ada Black butterfly lainnya diluar sana ditambah lagi orang yang melukai akram dan membunuh gadis itu semuanya menjadi bertambah rumit, apa lagi kita juga gagal melindungi anggota dewan itu.”
“jadi anggota dewan itu juga . . .” ucap akram
“ya, dia ditemukan tak bernyawa pagi ini oleh seorang pemuda di jalan dekat rumahnya, kalau dilihat dari jam kematiannya ia dibunuh saat melarikan diri tadi malam, polisi yang mengawalnya juga dilukai dan pingsan, sementara istri dan anaknya menghilang entah kemana.” Balas pak kepala dengan nada menyalahkan.
“oh ia akram apa kau tahu soal orang yang menyerangmu.”
Akram termenung menatap pisau berlubang ditangannya, “etahlah, aku tak tahu apa-apa, aku menghadang gadis itu dibelakang, tiba-tiba ada yang menembaku, aku berusaha mengejarnya tapi ia menghilang dengan cepat dan saat aku berbalik lagi gadis itu telah ditembak oleh seorang pria berambut panjang yang juga telah menusukku dengan pisau.”
“tapi kenapa pria itu membunuh Black butterfly, apa ia mengenalnya?” Tanya kepala polisi.
“maaf, tapi aku benar-benar tidak tahu.” Akram menunduk, ia tak bisa mengatakan soal Black butterfly adalah organisasi juga bahwa gadis itu mengenalnya, rasanya masih sulit mempercayai siapapun saat ini, ia sendiri yang harus mencari kebenarannya.
Fadli mengangguk , “saya bersyukur anda selamat”
“yah aku sendiri juga kaget, kupikir aku sudah mati.”
Pintu kamar akram diketuk, Nell masuk kedalam kamar bersama pimpinan polisi dan jendral black, ayah dan ibu Akram mempersilahkan mereka duduk.
Black memohon maaf pada ayah dan ibu akram untuk keluar sebentar karena mereka akan membicarakan masalah kantor.
“kau baik-baik saja?” Tanya Black
“yah seperti yang bisa anda lihat, rumasakit ini membuatku benar-benar nyaman.” Jawab akram.
“maaf, tapi sepertinya tak perlu ada basa-basi lagi, lebih baik kita mulai saja pembicaraannya jendral.” Ucap pimpinan polisi.
Pimpinan polisi mengeluarkan sebuah bungkusan plastik “ini adalah barang yang dimiliki gadis yang terbunuh itu” ucapnya.
Akram membuka sarung tangan dan membuka bungkusan itu, isinya sebuah pisau yang berlubang dan botol tinta, ia memperhatikan botol tinta itu dengan seksama “botol tinta ini menarik, kalau begini siapapun bisa menjadi Black butterfly.”
“tepat sekali, aku ingin mendengarmu berpendapat seperti itu.” Ucap black
Kepala polisi mengerutkan keningnya melihat ekspresi Black yang tidak biasa “maaf jendral bukankah seharusnya anda tidak merasa senang?, jika masih ada Black butterfly lainnya diluar sana ditambah lagi orang yang melukai akram dan membunuh gadis itu semuanya menjadi bertambah rumit, apa lagi kita juga gagal melindungi anggota dewan itu.”
“jadi anggota dewan itu juga . . .” ucap akram
“ya, dia ditemukan tak bernyawa pagi ini oleh seorang pemuda di jalan dekat rumahnya, kalau dilihat dari jam kematiannya ia dibunuh saat melarikan diri tadi malam, polisi yang mengawalnya juga dilukai dan pingsan, sementara istri dan anaknya menghilang entah kemana.” Balas pak kepala dengan nada menyalahkan.
“oh ia akram apa kau tahu soal orang yang menyerangmu.”
Akram termenung menatap pisau berlubang ditangannya, “etahlah, aku tak tahu apa-apa, aku menghadang gadis itu dibelakang, tiba-tiba ada yang menembaku, aku berusaha mengejarnya tapi ia menghilang dengan cepat dan saat aku berbalik lagi gadis itu telah ditembak oleh seorang pria berambut panjang yang juga telah menusukku dengan pisau.”
“tapi kenapa pria itu membunuh Black butterfly, apa ia mengenalnya?” Tanya kepala polisi.
“maaf, tapi aku benar-benar tidak tahu.” Akram menunduk, ia tak bisa mengatakan soal Black butterfly adalah organisasi juga bahwa gadis itu mengenalnya, rasanya masih sulit mempercayai siapapun saat ini, ia sendiri yang harus mencari kebenarannya.
“setelah kejadian kemarin untuk sementara ini aku tidak akan mengirimmu pada tugas yang berat”, ucap kepala polisi, ia mengambil dua buah berkas dan memberikannya pada Akram, “Karena mudah tugas ini tadinya akan ku berikan pada perwira yang lain, namun Black mempunyai ide menarik untuk mengusut kasus ini dan ide Black ini punya syarat, dan syarat itu hanya kau yang memiliki.”
“maksud anda?”
“dalam berkas besar itu ada tiket, ijasah, seragam SMU dan semua keperluanmu untuk sekolah, sedangkan berkas kecil adalah data-data kasus yang harus kau selesaikan anggaplah ini sebagai liburan.”
Akram mengerutkan keningnya, “maksud anda saya harus . . . menjadi anak SMU?”
Kepala polisi tersenyum.
0 comments:
Post a Comment