Jika menurutmu hantu itu ada maka apa yang terbayang pertama kali di dalam benak?, apakah Kunti?, Pocong?, atau jenis hantu apa yang terbayang didalam benakmu?. Beberapa orang yang mengaku pernah melihat “Hantu” mengatakan hal yang berbeda beda, uniknya beda Negara beda pula hantunya. Jadi apakah hantu itu memiliki fisik berbeda, memiliki suku atau bangsa yang berbeda?.
Beberapa
orang berpendapat hantu berbeda-beda dikarenakan karena awal mula atau
asal-usul hantu adalah dari orang yang sudah mati, dan seperti manusia
yang memiliki jenis dan bentuk fisik yang berbeda-beda maka begitu pula
hantunya. Bentuk atau wujud hantu adalah cerminan fisik ketika manusia
itu mati, jadi jika ia mati dalam bentuk anak-anak maka hantunya pun
akan jadi anak-anak, jika ia mati setelah dewasa maka begitu pula
hantunya.
Tidak
hanya dari fisiknya, pakaian yang dikenakan dan oleh manusia ketika ia
terakhir kali mati juga akan menjadi cerminan hantunya, termasuk luka
dan hal-hal yang ada di tubuhnya terakhir kali.
Kenapa
hantu itu ada?. Sebagian mengatakan karena masih meliki urusan yang
tertunda, seperti masih memiliki keinginan yang belum terselesaikan,
atau mungkin dendam. Tapi menurutku tidak begitu, semuanya salah. Semua
hal ini hanya ada di TV atau filem-filem yang kurang bermutu di bioskop.
Faktanya hingga sekarang, tidak pernah ada berita seseorang mati karena
hantu, tidak ada pula hantu yang datang pada seseorang dan mengatakan
maksudnya yang belum terselesaikan. Kalaupun ada itu hanya kata orang.
Aku belum pernah mengalaminya. Dan akhirnya aku tahu bahwa teori mereka
selama ini memang benar-benar salah. Ada hal lain dibaliknya, hal yang
jauh lebih mengerikan dan akhirnya mengancam kehidupanku.
Namaku
Andre, aku sebenarnya tidak percaya dan perduli urusan atau hal-hal
mengenai hantu ini, hanya saja teman sebangku ku di kelas 1 SMA begitu
gigih memberikan asupan tidak jelas tentang berbagai teori hantu.
Namanya Geri. Pagi-pagi belum juga aku menyimpan tas di bangku dia sudah
melompat di depanku memberikan senyuman menyebalkan, aku hanya ber
“hah” saja ingin mengabaikan.
“Dre
kamu tau gak? Katanya kemarin malam di belakang sekolah, di taman yang
suka dipake pacaran sama anak-anak kelas 2 itu ya Dre, pak Maman penjaga
sekolah kita itu, dia ngelihat ada perempuan pakai baju serba putih
lagi berdiri di bawah pohon jambu. Wihh serem banget Dre, parahnya lagi
ya, si pak maman malah ngira itu anak sekolah kita yang belum pulah
ehhhh pas di deketin Dre, ternyata kakinya ngelayang!!!.
“Ah paling-paling itu karangan pak maman aja Ger, lagian kamu tau dari mana sih, update
banget.” Aku mengambil kursi, membuka buku PR matematika, pura-pura
membaca. Geri baru saja mau menjawab sesuatu namun aku buru-buru
memotong “kamu udah beresin PR matematika belum?, banyak lho ada 10
soal”
Geri
seketika berwajah pucat, ia membating tasnya dan seperti orang yang
kerasukan, mengacak-acak isi tasnya, membuka salah satu buku, lalu duduk
terkulai lemas. Aku tahu jawabannya, jelas pati dia lupa lagi
mengerjakan PRnya.
“Dre . . .” Ucapnya memelas.
“Gak Ger, kerjain sendiri, kalau kamu terus-terusan nyontek PR aku, selamanya kamu gak akan ngerti dan gak bias matematika.”
“Pliss Dre . . ., sekali ini saja, lain kali aku pasti kerjain sendiri, ya ya . . .”
“Minggu kemarin juga kamu bilang begitu Ger, ogah ah.”
Geri
duduk semakin terkulai lesu, ia tahu kalau aku sudah bilang tidak, maka
pasti selanjutnya pasti tidak. Berkat kejadian PR, Geri jadi berhenti
membahas soal hantu, alih-ali ia bertanya beberapa soal yang ia tidak
dapat mengerti.
Hari
semakin siang, bel sekolah berbunyi ,akhirnya aku bisa terbebas dari
Geri. Tadi, setelah pelajaran matematika selasai, ia mulai mengoceh
soal hantu itu lagi, namun aku berhasil mengalihkan pembicaraan.
Entahlah, semain lama aku semakin sebal dan bosan dengan pembicaraan
hantu ini. Baru saja akan melewati gerbang sekolah hendak pulang sampai
seseorang menepuk pundak ku, “Dre, aku cariin kamu tadi, untung saja
belum pulang.”
Aku berbalik dengan wajah sebal, “Kenapa lagi Ger?, aku mau pulang.”
“Dre
tahu gak aku barusan ketemu pak Maman, dia ngajakin kita buat ngeliat
penampakan hantu itu lagi malam ini buat ngebuktiin ceritanya. Aku
langsung bilang ia.”
Geri
mengaduh karena ku sikut sambil memberi wajah paling menyebalkan
“kita?, enak aja, kamu aja sana, mana ada waktu aku buat hal-hal
beginian. Udah ah, aku mau pulang.”
Tanpa
berbalik lagi aku terus melangkah dengan cepat, aku harus segera pergi
sebelum Geri sadar dan mencari-cari alasan. Namun Geri lebih cepat, ia
berlari mengejarku dan melompat kedepan. “Tunggu dulu Dre, please . . .aku janji ini yang terakhir. Kalau kamu mau ikut aku malam ini, aku janji gak akan ngomong atau bahas soal hantu lagi.”
“Ahh”
aku mengaduh dalam hati, kenapa juga dia berbicara seperti itu, memang
bagus bisa terbebas dari pembicaraan soal hantu lagi, tapi kalau harus
ikut dengannya berburu hantu, “Gak tahu lah Ger, aku gak pengen
ikut-ikut hal gak penting kaya gini.”
“Ayo lah Dre, kamu kan gak percaya sama hantu, kalau kamu yakin hantu itu gak ada, berarati gak perlu takut kan?”
“Aku gak takut Ger, cuman ngabisin waktu aja, gak penting.”
Geri
menatap berharap “Tapi ini penting buat aku Dre, tapi aku gak bisa
sendirian, aku butuh temen yang bisa ngeyakinin kalau memang hantu itu
ada, kamu juga pasti bisa lihat kan?, dan kalaupun gak ada, yaaa berarti
selama ini aku dibohongin pak maman. Aku pasti bakal berhenti.”
“Ah kamu ini Ger paling bisa ngomong, ya sudah, tapi kamu janji ya!, awas kalau sampai besok masih bahas soal hantu lagi.”
Geri
tersenyum lebar, aku rasanya menyesal menyetujui kegiatan gak bermutu
ini. Tapi satu hal yang aku belum ketahui. Kalau kejadian selanjutnya
akan benar-benar mengubah kehidupanku.